Inilah tiwul makanan tradisional tak lekang oleh jaman |
MAGELANGAN - Halo sahabat, salam sejahtera bagi kita semua. Jumpa kembali dengan tulisan saya kali ini. Mohon maaf baru bisa kembali menulis setelah beberapa waktu tidak update post dikarenakan kesibukan yang membuat saya tidak sempat untuk menulis.
Di kesempatan kali ini, saya akan menuliskan artikel perihal kuliner. Di artikel kali ini saya akan mengangkat topik yang bisa dibilang merupakan kuliner atau makanan tradisional. Jenis makanan yang akan saya tuliskan di artikel ini termasuk dalam kategori cemilan. Apa hayo? Coba Tebak ! Hahaha… Yuk ah, daripada anda bertanya-tanya, simak selengkapnya dibawah ini !
Pagi itu, mentari baru saja menampakkan sinarnya di ufuk timur saat ku mulai terbangun dari tidur yang nyenyak. Badan terasa segar setelah tidur nyenyak semalam, membuatku sangat berhasrat untuk melakukan olahraga di pagi itu.
Singkat kata, saya telah berjalan lumayan jauh dari rumah. Sesekali lari-lari kecil sembari menghirup udara pagi yang segar, sejuk, tanpa polusi. Saat tengah asik jogging, rasa lapar tiba-tiba hadir tanpa permisi. Karena rasa lapar tersebut, ku percepat langkah kaki untuk terus bergerak, tak lagi berlari kecil, namun sedikit ku tingkatkan kecepatan untuk se-segera mungkin mencari penjual makanan.
Di sepanjang jalan yang kulewati pagi itu, tidak ada satu pun penjual makanan yang dapat saya temui. Bahkan warung-warung kelontong pun masih tertutup rapat. Seketika ku putuskan untuk beristirahat sejenak berharap ada penjual makanan yang lewat.
Dan, pagi itu, Dewi Fortuna sepertinya sedang bersamaku. Tak berselang lama setelah saya putuskan untuk istirahat, tampak dari kejauhan sebuah sepeda motor yang terlihat membawa “krombong” dan memperdengarkan suara-suara yang unik untuk menarik perhatian. Entah kenapa, insting saya mengatakan kalau sepeda motor tersebut merupakan penjual makanan, dan langsung saja saya minta sepeda motor tersebut untuk berhenti.
Benar. Sepeda motor yang melintas tersebut adalah penjual makanan. Dan makanan yang dijual adalah jenis cemilan sederhana namun mengenyangkan, dan merupakan salah satu makanan tradisional meskipun bukan makanan khas Magelang.
Makanan tersebut adalah Thiwul. Ada yang tahu apa itu Thiwul? Thiwul ini adalah merupakan makanan tradisional. Merupakan makanan khas dari Gunung Kidul, Jogjakarta, atau tepatnya wilayah Wonogiri. Makanan tradisional ini berbahan dasar ketela atau singkong.
Ketela atau singkong inilah yang nantinya diolah menjadi tepung gaplek dan disulap menjadi jenis makanan sehari-hari pengganti nasi beras pada masanya. Karena, dulu pada masa penjajahan Jepang (menurut Wikipedia) tiwul menjadi makanan sehari-hari atau makanan pokok sebagian penduduk Indonesia.
Tak hanya pada masa penjajahan, di masa kini, Tiwul ini masih menjadi pilihan di daerah Gunung Kidul. Bahkan, tiwul ini merupakan makanan yang special, atau bisa dikatakan istimewa. Karena, jika di daerah lain selalu disajikan Opor Ayam kala Lebaran, di Gunung Kidul, Tiwul inilah yang menjadi makanan istimewa saat Lebaran. Malah merupakan hidangan mewah di setiap rumah kala Lebaran, khususnya di wilayah pelosok.
Tiwul ini memiliki rasa yang unik dan khas. Dalam tiwul ini ada yang bertekstur lembut dan kenyal, ada juga beberapa yang memiliki tekstur kenyal namun agak kasar. Tiwul ini sering disajikan bersama parutan kelapa. Nah, di sinilah keunikan rasanya tercipta. Kenapa? Simak dulu proses pembuatannya.
Pertama, kita perlu tahu bahan-bahan untuk membuat Tiwul ini. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain Ketela atau Singkong yang sudah dikeringkan atau biasa disebut Gaplek. Lalu ada gula merah atau gula jawa, kelapa parut, daun pandan diikat simpul, satu lembar daun pisang, garam dan air secukupnya.
Dan yang kedua, kita baru mulai langkah membuatnya. Langkah pertama yang kita lakukan adalah menumbuk singkong atau ketela yang sudah dikeringkan yang biasa disebut gaplek. Kita tumbuk hingga menyerupai tepung, percikkan sedikit air, lalu kita tumbuk lagi hingga menghasilkan butiran-butiran kecil dari tepung gaplek ini. Dan, sisihkan, inilah yang menjadi bahan utamanya.
Langkah selanjutnya atau langkah kedua, panaskan dandang atau kukusan, jangan lupa diberi alas daun pisang. Lalu, masukan butiran-butiran kecil dari tepung gaplek tadi kedalam kukusan atau dandang yang telah dipanaskan.
Berikutnya, tambahkan gula merah atau gula jawa yang telah diserut atau diparut di atas butiran tepung gaplek. Bisa dicampur rata, atau tidak dicampur secara merata juga tidak apa-apa. Lalu kukus campuran tepung gaplek dengan parutan gula merah atau gula jawa tersebut kurang lebih 45-60 menit. Kemudian angkat.
Selanjutnya, campurkan parutan kelapa dengan garam secukupnya, lalu dikukus bersama dengan daun pandan kira-kira 15 menit, kemudian angkat. Langkah selanjutnya, anda siap menyajikan tiwul beserta parutan kelapa.
Nah, seperti itulah proses pembuatan tiwul, sehingga menciptakan rasa yang unik dan khasnya tiwul. Rasa gurih dari tepung gaplek yang telah tercampur dengan manisnya gula merah atau gula jawa, sehingga menghasilkan tiwul dengan tekstur lembut dan kenyal serta memiliki perpaduan rasa manis dan gurih yang sempurna. Ditambah parutan kelapa yang telah dikukus, tentunya semakin unik rasanya. Rasa manis gula jawa, dikeroyok oleh rasa gurih dari tepung gaplek dan parutan kelapa, namun tetap saja, rasa tersebut malah menjadi perpaduan yang sempurna.
Selain rasa gurih dan manis yang tercampur menghasilkan rasa yang unik, tiwul ini juga rendah kalori. Cocok bagi anda yang sedang menjalankan program diet juga sangat bagus untuk kesehatan karena Tiwul ini juga dipercaya mampu mencegah penyakit maag.
Nah, tiwul ini bisa dimakan langsung sebagai cemilan hanya dengan taburan parutan kelapa. Namun, tiwul juga dapat digunakan sebagai pengganti nasi. Tiwul juga tersebar di berbagai wilayah lain, selain Magelang, Jogjakarta, Gunung Kidul, ada pula di Wonosobo, Wonogiri, Pacitan dan Blitar.
Di daerah lain seperti Kebumen, Banyumas, dan Cilacap juga ada makanan serupa, namun di daerah tersebut dikenal dengan Oyek atau Nasi Oyek. Oyek atau Nasi Oyek ini biasa disajikan bersama parutan kelapa dan tempe mendoan. Namun begitu, dalam proses pembuatannya Oyek memiliki perbedaan dengan Tiwul khas Gunung Kidul, sehingga rasanya pun sedikit berbeda, meskipun sama-sama berbahan dasar tepung gaplek.
Dan sekian dulu tulisan kali ini, semoga dapat bermanfaat untuk anda. Jangan lupa untuk bookmark situs ini pada web-browser pada perangkat anda. Serta jangan lupa untuk subscribe untuk terus dapatkan update terkini artikel mengenai kuliner maupun wisata di wilayah Kota Magelang ataupun di wilayah Kabupaten Magelang, caranya dengan melalui kolom newsletter and subscribe yang tersemat pada footer widget situs blog ini. Terima kasih.
Tiwul, Makanan Tradisional Yang Memiliki Rasa Unik dan Khas
Reviewed by Sekitar Magelang
on
April 15, 2018
Rating:
No comments: